Thursday, March 19, 2020

Mati Hati Melembutnya Hati

Aku kemari setiap kali melankoli menyambangi
Mengadu gundah dalam hati dengan fakta dunia yang entah mau dibawa kemana
Ketika ada perih merintih mengadu

Karena tulisan menguarkan rasa yang tak terperi lagi, biarpun tak sesempurna tak seluruh

Ada hati yang tak berhati, ada empati yang hilang pergi
Hatiku bergeming menyapa apa yang manusia katakan sebagai pemanggil duka
Tapi sedikit merasa kasian pun rasanya tidak

Apa hatinya sudah mati? Apa musibah terburuk itu sudah menjadi?
Aku dikata jahat, memang mungkin demikian
Aku tak lagi peduli pada hati lainnya
Aku serasa hidup sendiri dan tak peduli pada lainnya
Yang penting aku baik-baik saja, kataku
Yang penting aku jalankan tugas dengan betul, tegasku

Tak lagi salam sapa senyum seloroh bertemu khalayak
Aku bahkan dikata terlalu serius
Aku bahkan dibilang banyak maunya

Mungkin memang demikian? Tapi apa aku bukan lagi orang baik?

Cuma satu yang aku pedulikan sekarang.

Dia K.

Salahkah?

Apa dunia yang mengajarkanku demikian? Untuk tidak peduli pada orang lain lagi?

Apa aku sudah terlalu sakit sendiri? Apa aku menyakiti diri sendiri? Menaruh harapan terlalu tinggi dan kecewa karena tak terpenuhi, lalu benci pada si tak tahu apa apa ini.

Bukankah itu artinya aku merepotkan diriku sendiri? Menjadi keras karena ketika harapan tak terpenuhi, dan murka sebegitunya.

Bukankah itu menyakiti? Apa belum cukup aku menyakiti?

Jadilah baik, rif. Jadilah baik.

Jadilah baik dan lembutkan hati.

Terkadang aku lelah... Memaksa diri menjadi sesuatu yang mungkin aku tidak demikian. Tapi jika aku tak menjadi baik, apa orang akan baik padaku? Jika orang tak baik padaku, bagaimana aku bertahan hidup?

Jika niatku berbuat baik hanya karena aku ingin orang berbuat baik padaku, buat apa? Ini tidak tulus, ini bukan karena aku peduli, tapi aku ingin dipedulikan.

Seingin apa aku dipedulikan? Dan kenapa aku harus dipedulikan?

...

Aku hanya berputar dalam kebingungan ... Dan entah berakhir kapan dan dimana...

Aku hanya tahu bahwa ketika hatiku tidak lembut, aku terluka karena diriku sendiri terus menerus...

Maka demi hatimu sendiri, demi dirimu sendiri, lembutkan hatimu...
Lembutkan hatimu... Menerima apa yang harus diterima...

Tidak perlu melawan, terima saja... Terima saja bahwa kamu sakit, terima bahwa kamu malas, terima bahwa kamu harus berusaha untuk menjadi orang yang lebih baik karena kamu punya tugas, terima bahwa hatimu gundah, terima bahwa dia ini dan itu, terima bahwa dunia ada dengan demikian adanya untuk kebaikanmu sendiri...

Dan penerimaanmu akan kembali berbuah baik kepadamu sendiri...

Maka lembutkanlah hati...