Tips Menulis Esai
Ada beberapa tips yang bisa saya
berikan terkait dengan proses menulis esai:
·
Ikuti aturan yang sudah ditentukan LPDP. Aturan
pertama terkait dengan ukuran tulisan yaitu 500 – 700 kata. Jadi pastikan
tulisan kita tidak kurang dan tidak melebihi batas ini.
·
Sinkronkan ketiga tulisan. Isi ketiga tulisan
bisa jadi akan saling beririsan satu sama lain, karena memang ketiganya
berhubungan. Kalau sudah demikian, pastikan tulisan kita menjawab pertanyaan
untuk masing-masing esai.
·
Perhatikan sistematika tulisan. Paragraf apa
yang kita gunakan, apakah induktif atau deduktif? Dimana letak kesimpulannya? Kemudian,
hubungkan antara satu paragraf dengan berikutnya sehingga menjadi satu
rangkaian yang berkesinambungan. Dengan demikian, pembaca akan mudah memahami
sekaligus mengetahui bahwa alur pikir penulis sudah cukup sistematis. Lebih
jauh lagi, jika kita menggunakan plot dalam menyusun esai, pastikan plot ini
tergambar jelas dan sudah runut sesuai dengan alur yang kita buat. Salah-salah,
alur yang terlalu rumit malah membuat esai kita diabaikan.
·
Make the
words yours. Jadikan kata-kata yang kita tuliskan merupakan kata-kata kita
sendiri. Gaya bahasa kita, diksi kita, penggunaan majas dan aspek kebahasaan
lainnya tergambar jelas dalam tulisan. Jika kita hanya sekadar menyalin tulisan
orang lain dan disesuaikan dengan kondisi kita, tulisan yang dihasilkan tidak
akan alami. Padahal, dari tulisan inilah terlihat jelas karakter kita. Maka
dari itu, tidak perlu copy-paste
karya orang, karena salah-salah malah kita dibilang palsu oleh si panitia
seleksi. Nggak mau, kan? Tulis saja,
sekali lagi saya tekankan, dengan jujur dan tulus apa adanya. Itu jauh lebih baik, lebih menenangkan
dan gak perlu pura-pura nanti pas
wawancara, betul kan?
·
I repeat,
be the best version of yourself! Ini kalimat saya ulang entah berapa kali,
tapi memang itulah cara terbaik menampilkan diri. Sejatinya di dalam diri kita
itu ada keunikan yang sangat khas yang gak
dimiliki satu orang pun di muka bumi. Keunikan itulah keunggulan kita, bukan
sekadar pintar, cerdas, menarik, ganteng, cantik, dan sebagainya. Tuhan itu
sebenar-benarnya Maha Adil yang ngasih
kita kelebihan sekaligus kekurangan, jadi jangan kuwatir bakal kalah sama tetangga sebelah yang kelihatannya wah.
Yang betul-betul keluar adalah jati diri kita, semangat kita, jiwa pemimpin
kita, kebijaksanaan kita. Simply, your
inner beauty will spark.
·
Literally,
show them that you’re worthy. Esai yang kita buat harus “menjual”,
meyakinkan pembacanya kalau kita memang punya integritas, punya jiwa
kepemimpinan, kesungguhan dan motivasi yang kuat untuk belajar dan
berkontribusi.
·
Pembuatan naskah dan proses pengeditan bisa
berlangsung dalam waktu yang tidak sebentar. Bersabarlah, dan berjuanglah.
Jujur saja, pada proses ini saya sampai begitu eneug menatap ketiga esai di komputer saya yang alurnya masih
berantakan. Oleh karena itu, proses pematangan
(emangnya telur?) esai memang tidak sederhana, namun hasil yang didapat
betul-betul sesuai dengan usaha kita. No
pain no gain, dude!
·
Kalau sudah jadi, jangan puas dulu. Tunjukkan hasil
karya kita ini kepada orang-orang yang memang berkompeten untuk ditinjau ulang.
Bisa jadi teman kerja, teman nongkrong,
atau dosen pembimbing, atasan, siapa saja yang menurut kita punya kapasitas.
Mintalah mereka meninjau dan mengritik dengan tulus dan jujur bagaimana esai
kita menurut pendapat mereka pribadi, secara obyektif. Dengan demikian, kita
tahu apa saja kekurangan tulisan kita yang sekiranya perlu diperbaiki. Tenang
saja, tidak semua saran dan kritik harus dilakukan, kok. Sesuaikan saja dengan gambaran
dalam pikiran kita tentang sebuah esai yang sempurna.
·
Terakhir, tinjau ulang semua gagasan, alur,
ejaan, gaya bahasa, diksi, kutipan, catatan kaki, dan semua aksesori yang kita
tambahkan dalam tulisan. Kalau perlu, kita bisa merekapitulasi masng-masing
dengan membuat daftar centang. Kalau sudah mantab, berarti naskah siap diunggah
di formulir pendaftaran.
Langkah terakhir yang paling
akhir dari segala akhir, adalah memasrahkan hasil karya kita ini kepada Sang
Maha Mengetahui. Hanya doa yang bisa kita panjatkan, dan insyaAllah dengan
perjuangan yang sungguh-sungguh, Dia tidak akan mengecewakan kita. Inna ma’al
usri yusro. :)
No comments:
Post a Comment