Solat asar baru saja usai, dan aku teringat apa yang aku
pikirkan beberapa saat dalam solatku. Aku tahu tidak seharusnya aku berpikir
tentang selain Allah selama shalat, tapi ini benar-benar tidak terelakkan.
Karena tadi selama sholat aku teringat kondisi sekarang
dirumah, yang bapak ada di rumah bersamaku sedang ibu dan keluarga yang lain,
dek kiki dan mbak tutik sedang jauh di Jogja. Dan rasanya sepi, begitu pula
hatiku. Aku tadi berpikir, bagaimana bisa aku merasa begitu hampa di rumah,
begitu kosong padahal beberapa hari yang lalu aku bisa baik-baik saja dan tidak
merasa hampa di rumah. Yang lalu aku perhatikan, apa yang lakukan selama di
rumah? Sebenarnya kegiatan biasa saja, kegiatan lama yang dulu aku lakukan
bersama ibu. Ya, bersama ibu. Cuci baju, memasak, beres-beres rumah, ada ibu.
Aku sadar bahwa ibu adalah cahaya bagi rumah kami.
Keberadaannya, meskipun memang cerewet betul, tapi ia adalah penerang bagi
rumah kami. Jika tak ada ibu rasanya rumah sepi, itulah yang dikeluhkan dek
kiki ketika ibu berangkat ke jogja. Seketika rumah terasa sunyi, tidak ada lagi
cuap-cuap cerewet ibu yang mengomel karena ada saja bagian rumah yang tidak
benar. Atau karena dek kiki lagi lagi bandel, tapi aku betul merindukan hal
itu. Tidak kalah pula, kesabarannya menghadapi semua itu, bersama kami yang ada
dirumah yang tidak jarang juga menjengkelkan. Ia menyediakan makanan,
menyiapkan makan untuk kami, memikirkan perut kami yang selalu kelaparan ini.
Ahh, aku rindu ibu. Cepat pulang ibu, biar nanti aku sempat
bertemu sebelum berangkat ke Malang untuk berdoa untuk ibu. Berjuang agar ibu
dimuliakan di akhirat nanti.
Love you my mom.
No comments:
Post a Comment