Artikel ini dirilis di SKH Kedaulatan Rakyat pada hari Selasa, 30 Oktober 2012.
Oleh Wahyu Arif Raharjo
Mahasiswa (waktu itu masih mahasiswa) FISIP Universitas Wahid Hasyim
Menurut sejarahnya, adalah para pemuda yang 84 tahun lalu mengucapkan sumpah untuk menjunjung tinggi bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dalam Sumpah Pemuda. Dengan dimotori oleh Sutan Takdir Alisyahbana, bahasa yang berasal dari pola bahasa Melayu dengan diperkaya kosa kata dari ratusan suku bangsa di berbagai daerah ini kemudian menjadi bahasa baru bagi bangsa yang juga baru saja tumbuh (Badudu, 1992:7) sekaligus pemersatu bagi bangsa kita yang majemuk. Bahasa Indonesia kemudian menjadi bahasa lingua franca bagi bangsa Indonesia (Badudu, 1992:8).
Lain ladang lain belalang, lain dulu lain sekarang. Dulu, para pemudalah yang menjadi pencetus sekaligus penggerak bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia dengan bangga dipakai dalam berbagai perhelatan baik resmi maupun tidak resmi. Imajinasi dan kreativitas bahasa pun berkembang dengan banyaknya pujangga-pujangga dari penjuru Indonesia.
Faktanya, pemuda sekarang ini lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia yang tidak resmi. Kosa kata seperti loe, gue, kayak dan gitu sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari lidah penutur muda bahasa Indonesia. Bahasa tidak resmi ini juga telah mendapat pengaruh dari bahasa lain terutama bahasa Inggris seperti fine, end, schedule dan mouse. Padahal bahasa Indonesia juga mengenal istilah-istilah ini dalam bahasa Indonesia: baik, akhir, jadwal dan tetikus. Bahkan tidak jarang, pola bahasa Inggris pun ikut berpengaruh dalam kehidupan berbahasa para pemuda masa kini seperti penggunaan akhiran -s yang ditambahkan pada kata "teman" sehingga menjadi "temans" untuk menggambarkan bentuk jamak dari nomina teman. Pola yang berasal dari bahasa Inggris ini melenceng jauh dari penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Masih banyak kecondongan berbahasa pemuda Indonesia masa kini dalam kehidupan sehari-hari yang menyalahi kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar dengan tujuan eksistensi. Keinginan kamu muda untuk menampilkan diri sebagai insan terdidik serta serba modern menjadi alasan dari ketidaksesuaian berbahasa yang mereka pergunakan. Kekerenan menjadi alasan utama penggunaan bahasa yang tidak sesuai kaidah kebahasaan. Gejala ini memrihatinkan mengingat pemuda merupakan tolok ukur situasi kebahasaan sehingga dapat mengancam keberlangsungan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.
Pengaruh bahasa lain dan penggunaan bahasa tidak resmi tidak sepenuhnya bersifat negatif karena merupakan indikasi bahwa suatu bahasa berkembang secara dinamis serta mengikuti perkembangan zaman. Namun pengaruh bahasa lain ini perlu mengalami proses pembahasaindonesiaan agar sesuai dengan karakter bangsa Indonesia serta tidak berkembang dengan liar dan tetap memiliki jatidiri sebagai bahasa dari bangsa yang majemuk. Kaidah bahasa Indonesia yang baik perlu dilestarikan karena bahasa inilah yang berjasa besar menjembatani kemajemukan Indonesia.
Pada akhirnya, penutur muda dalam bahasa mana pun memiliki kekuatan yang menentukan bagi masa depan suatu bahasa. Para pemuda adalah generasi yang menentukan arah pergerakan suatu bahasa melalui kecenderungan tren penggunaan kosa kata tertentu dalam suatu bahasa. Para pemuda pula yang memiliki andil dalam membawa serta memperkenalkan bahasa Indonesia baik kepada masyarakat internasional maupun kepada generasi penerusnya di masa depan. Lalu jika para pemuda tidak melestarikan bahasa Indonesia, mau dibawa kemana nasih bahasa pemersatu kita ini?
No comments:
Post a Comment