Saturday, June 27, 2015

Buntu Menulis

Kata demi kata tercekat di rongga dalam tubuhku, hendak keluar tapi terhalang penat. Penat itu memenuhi segala penjuru raga, menghentikan aliran kata-kata yang hendak meronta keluar. Dada terantuk sesuatu yang samar, tidak terjamah indra. Ia berputar dan gusar pada pusaran yang sama, namun tak berhasil keluar. Ketika otak sudah semakin merumitkan liuknya dan semakin keriting dibuat tekanan. Tekanan untuk menghasilkan sesuatu, menarikan jari di atas papan ketik dan menelurkan sebuah hasil karya yang pantas dilirik. 

Sudah sedari tadi aku terduduk dan termangu, mengharapkan jari jemari yang kemarin lalu bisa menari dengan ringan. Tarian jari demi jari yang melompat ke sana kemari, menekan tombol demi tombol di atas papan ketik seperti balerina di atas panggung seluncurnya. Anggun kata yang biasa tercipta, kini buntu tanpa makna. 

Di leher aku merasakannya pula. Jembatan sempit leherku seolah menahan semua pelita kata yang terburu menuju otak. Bisa jadi memang darahku tak mampu mencapai otak, seusai puasa sehari ini. Tapi toh aku tetap mampu berpikir tentang yang lain.

Ada banyak kata untuk diucap, banyak cerita untuk diungkap. Menggunung seperti cucian mahasiswa yang menunggu sebulan baru ditangani juga. Dari sini, dari situ dan dari sana. Dari mana pun ia datang, kata demi kata tanpa membentuk kalimat. Seperti rantai yang terlepas satu per satu dan tercecer di lantai. Sang empunya pun tak tahu barang bagaimana menyatukannya kembali. Akhirnya hanya mengurai urut tanpa menyambungkannya. Biar saja, yang penting ada kata yang terurai.

Quote by Myself

If you don't love yourself, nobody else will. A piece of advice, don't ever put on yourself on an empty hope or else you'll break your heart for nothing. And it hurts.

Wahyu Arif Raharjo.

i can't believe I've made such quote for my self, by myself! This one listed on my facebook status, 13 December 2010. 

(dammit, i'm now gathering all effort and mood just to write something).

I've lived my life for years, and I should realize by now that many experiences I had during those years. I think should start to review my facebook. It's like a history book, a journal where I can find many things happened in the past. And moreover, I can learn from many thing I've experienced, and avoid from making another mistake in the future. 

You can start yours, too. Let's go. =)




Ketenangan Batin

Surprisingly, nemu lagi satu tulisan yang menunjukkan kalo sebenernya waktu itu aku pun sudah cukup matang secara mental. Aku sudah punya pandangan yang cukup dewasa tentang beberapa hal penting, seperti soal ketenangan ini misalnya. Berikut ini, apa yang aku ungkapkan tanggal 31 Juli 2009 mengenai ketenangan batin. 
========================================================================
Ktnangn batin itu kbtuhn mndsar bwt smw org yg srg kali dlupakn oleh org yg bsangkutn. Org srg kali sbuk dgn pkrjan, dgn ksbukn, dgn kluarga, atau mgkn dgn bsnang2. Tp byk yg lupa utk skdar mluangkn wkt sjnak, utk dnikmati sndri. Byk org terlalu "concern" dgn khdupn sosial mrka, dunia dluar diri mrka, tp justru lupa dgn diri mrka sndri. Pdhl, skdar mnyndri sjnak itu pntg.
Pd dsarny, sy adlh org yg sng mnyndri. Sy tak tll suka t4 yg rmai, ribut dgn byk suara.
Pernah kah suatu saat anda mmbyangkn brda dt4 yg plg anda inginkn. Mnikmati ktngn d ht krna ap yg kt ingnkn tcpai? Mka sbnr ny stiap saat bs sj kt mrskn ny, dgn mindset yg ckup baik dn tkndali tntuny. Bkn dgn imajinasi yg lepas bebas tak terkontrol.
Misal ny sj, anda mnyukai suasana pdesaan d jawa. Maka cobalah duduk bsila sjnak, dgrkn suara gamelan, dn tu2p mata anda sjnak. Lalu tarik nafas perut dlm2 hingga perut anda sdkit mnggembung, lalu thn dn hmbuskn pelan2. Rasakan stiap ktngn yg anda dpt kn. . .
Ckup nyaman bukan?
Atau jika anda org yg visual, mka lihat sj pmndgan alm yg mmbri anda pndangn yg indah dn mnakjubkn. Dn kmbli, rasakn dgn nafas spti td, ulangi bbrp kali.
Rasakn stiap dnting musik yg anda redam d telinga, gmricik air, hmbusan angin yg nyman, hangat ny matahari, rindang ny naungan pepohonan, dn indah ny alam yg anda lihat.
Dan satu lagi yg sangat penting. Bsykur lah dgn ap yg telah diberikan NYA kpda kita semua. . .karena itulah yg mmbuat hdup anda bgtu indah. . .

=================================================================================

Sebenarnya setelah masa itu berlalu, beberapa tahun kemudian aku menemukan apa yang aku maksud dengan ketenangan batin itu. Ada satu kunci yang aku temukan, meskipun harus dengan melodramatis dan penuh tangis. Lebay kan jadinya....

Tapi betul, memang aku menemukan yang aku cari. Kedamaian, ketenangan batin, dengan kunci yang sebenarnya sudah aku temukan pada waktu itu, yang telah disampaikan padaku sejak aku masih di kandungan. Sebuah jawaban bernama, Islam.

I walk when i'm upset: jalan kaki kalo lg bete

Jadi begini, alasan kenapa ada posting alay semacam ini di blog-ku kali ini. =D 

Karena toh udah bingung mau posting apa lagi, dan mood nulis yang kebetulan lagi anjlok, aku sengaja buka2 facebook, liat2 note jaman dulu yang masih jaman nya punya facebook = anak gahool. Dan gak sengaja nemu ini, tulisan yang aku bikin pake hape jadul ku jaman dahulu banget, yang keypad nya masih pake abc 1 dan bla bla bla. Posting ini aku bikin waktu masih kecil, muda, seger dan keliatan banget karakter anak2nya. Jadi jangan heran kalo kamu bakal ngecap si penulis sebagai bagian dari alayers kala itu. Well, memang alay kan bagian dari pertumbuhan mental manusia jaman sekarang.

Dan aku cek lagi, tulisan ini dibuat tanggal 1 Juni 2009, dan dikomen sama dua orang teman yang ternyata punya hobi yang sama: ngelarin bete di jalanan! =D Enjoy!

Ini kebiasaan yg bs d bilang unik, gk byk org yg pny kbiasan yg sm. Tiap kali lg bete, entah kcwa, klamaan ngu, ato ngambek ma orang, yg ad d pkiranku adlh, jalan kaki. 
Awl ny, ak sndri gk tw knp bs gni. Spontan aj, kalo lg bete, trus jalan kaki, bisa beberapa kilometer, gak ada temen ny pula. Ak gk pny alsn khusus knp bs gni, tp rasa ny bete ku agk ilang kalo ud jalan kaki. Tp kadang capek jg si. Hehe.
Skrg, ak sdr ad bbrp alsn yg mndsar yg bkin ak kyk gni yg sblum ny ak gk sdri.
1. Kalo lg bete, nafas kita jd gk teratur, pikiran gk jernih pula. Smw jd serba smrwut. Dgn jalan kaki, tenaga yg mgkn bkal ak pake bwt mrh, ud abs dluan krna ud dpake bwt jalan.
2. Dgn jalan sndri, ak bs mrnungi kjadian td, yg bkin ak bete. Dgn bgtu ak bkl lbh maklum misalny kjdian yg sm trulang. Ud biasa.
3. Dgn jalan kaki pula, ak mgkn bs mlampiaskn emosiku. Jd gk dlampiasin k org lain, krna tu bkl bkin mslh lbh rumit.
4. Dgn jalan kaki, ak bs liat byk hal, lbh byk dbanding kalo kt naik mtor ato mobil. Dgn bgtu prhatianku bkal teralihkn dr hal yg bkin ak bete td, k hal2 yg ak liat d jalan.
5. Sekalian olahraga, cuci mata, trus eco life style pulak. Hehe.
6. Ngurangin macet jg, ud bete kalo kena macet d jalan, gk sbran si.
7. Ad byk buanget hal yg bs ak pkirin kalo lg jln kaki. Mulai dr yg jelas2 gk penting smpe urusan paling urgen. Pcya ato gk, ud byk ide kreatif muncul dr otak ku wkt ak lg jalan kaki gr2 bete.
Wuah, tyta kalo d bhs ckup dlm, jalan kaki kyk gni(ak lg jln kaki), tyta byk bgt untung ny. Ak sndri sbnr ny gk tw ud brp byk org yg pny kbiasan kyk gni. Yg jelas,pzti dunia bkl lbh indah kalo lbh byk org jalan kaki. Hehe. . .so wht u'r waiting 4,
JALAN KAKI YUK. . .

Telisik Rohingya

Merespon berkibarnya kabar tentang kontroversi penerimaan pengungsi Rohingya di Indonesia, banyak pihak yang bahkan tidak tahu menahu mengenai asal usul orang-orang kulit hitam yang tinggal di negeri orang-orang berkulit cerah ini. Yang banyak kita tahu adalah agama mereka yang Islam dan bagaimana semua aspek masyarakat Myanmar dari pemerintah sampai masing-masing invidivu non-Rohingya memperlakukan mereka. Sebagai orang yang akan membicarakan nasib mereka dan pemerimaan kita terhadap 'tamu' yang satu ini, alangkah bijak kalau kita mencari tahu terlebih dahulu seluk beluk penduduk yang terusir ini.

Sejarah masih buram bagi orang-orang Rohingya. Beberapa pakar sejarah mengungkapkan bahwa mereka adalah sekelompok pengungsi yang meninggalkan Bangladesh karena konflik. Tentu tidak mengherankan, karena secara fisik mereka terlihat lebih mirip dengan orang-orang Dravida dari selatan India dan juga Bangladesh. Orang-orang ini berkulit hitam dan memiliki rahang yang cenderung kotak, bukan bulat oval seperti orang-orang Melanesia. Dari segi rasial, mereka berhubungan dekat dengan orang-orang Tamil, Malayalam dan etnis-etnis lainnya yang tinggal di India Selatan, Sri Lanka dan Maladewa. Tapi apakah benar mereka ini pengungsi dari Bangladesh?

Sejatinya, permasalahan dulu dan sekarang memang berbeda. Orang Rohingya sejatinya adalah sebutan bagi mereka yang tinggal di tanah Arakan atau yang juga disebut dengan Rakhine. Kata "Rakhine" ini kemudian digunakan sebagai awalan bagi penyebutan orang-orang yang berada di tanah Arakan, oleh karena itulah mereka disebut dengan "Rohingya" yang artinya orang-orang Rakhine. Dulu, penyebutan ini digunakan untuk mencakup semua orang di Arakan baik keturunan Benggala maupun warga Arakan asli itu sendiri. Orang-orang Benggala inilah yang datang ke tanah Arakan ketika terjadi penggabungan wilayah bumi Arakan di bawah kerajaan Mrauk U dengan rajanya Narameikhla yang berhasil merebut tahta kerajaan Arakan dengan bantuan sultan Benggala. Peristiwa yang terjadi pada abad ke-15 ini menjadi awal migrasi sejumlah orang keturunan Benggala yang beragama Islam ke tanah Arakan secara legal. Ketika Arakan melepaskan diri dari Benggala, orang-orang keturunan ini telah lama tinggal dan menetap di Arakan sehingga terjadi asimilasi yang kental. Bahkan sistem kerajaan Arakan pun memiliki ciri khas kerajaan Islam dalam berbagai aspek seperti pemerintahan, keuangan dan sistem ekonomi. Orang-orang keturunan Benggala ini diakui pula sebagai warga Arakan yang resmi meskipun berbeda secara fisik dengan penduduk setempat. Orang-orang keturunan Benggala inilah yang nantinya kita sebut dengan Rohingya.

Kolonialisme Inggris membawa dinamika terhadap pergerakan orang-orang Rohingya. Ketika terjadi pendudukan dari kerajaan Burma, orang-orang Rohingya memohon perlindungan dari Inggris yang berkuasa di Benggala pada abad ke-18. Saat Burma berhasil dikalahkan Inggris, pemerintah kolonial Inggris menggabungkan wilayah Arakan ke dalam wilayah administrasi Benggala sehingga pergerakan penduduk semakin bebas. Sebagai bagian dari British India, pergerakan warga dari wilayah-wilayah yang nantinya meliputi 6 negara di Asia Selatan dan Tenggara ini sangatlah bebas. Awalnya percampuran ini tidak menyebabkan masalah, sampai Perang Dunia II pecah.

Pada Perang Dunia II, terjadi penolakan warga Rohingya atas pendudukan Jepang di kawasan Arakan. Inggris diduga menjadi dalang yang menggerakkan warga Rohingya untuk melawan warga Arakan yang pada waktu itu tunduk di bawah pendudukan Jepang. Dari sinilah awal munculnya sentimen kebencian antara warga Rohingya dengan warga Myanmar lainnya terutama warga Arakan. Terjadi saling bantai antara warga Rohingya dengan Arakan yang menewaskan puluhan ribu jiwa. Masing-masing digerakkan oleh kekuatan politik yang lebih besar dengan kepentingan masing-masing: Jepang yang berupaya mengekspansi wilayah hingga ke India serta Inggris yang menjadikan wilayah Arakan sebagai penyangga dan benteng terdepan dari pendudukan Jepang.

Sayangnya ketika warga Rohingya ingin bergabung dengan salah satu negara yaitu Pakistan dan Burma, keduanya menolak. Ketika upaya kemerdekaan dilakukan oleh kedua pihak, warga Rohingya mengajukan permohonan untuk bergabung dengan wilayah Pakistan Timur (yang kemudian merdeka dari Pakistan dan mendirikan Bangladesh). Pakistan yang ketika itu dipimpin oleh Muhammad Ali Jinnah, tidak menanggapi permintaan ini dengan pertimbangan tidak ingin mencampuri hubungan dalam negeri Burma dan ingin menjaga hubungan baik dengan tetangganya itu. Karena upaya ini gagal, muncul gerakan separatis yang berusaha mendirikan negara di wilayah Arakan untuk etnis Rohingya. Terjadi konflik antara pemerintah Burma dengan pemberontak Rohingya, dan orang-orang Rohingya terpaksa mengungsi ke wilayah Chittagong di Pakistan Timur (nantinya Bangladesh). Orang-orang Rohingya kembali terusir dari tanah Benggala ketika terjadi pergolakan kemerdekaan Bangladesh dari Pakistan. Warga Rohingya kembali dipaksa meninggalkan tanah Benggala, sehingga arus eksodus ke tanah Arakan semakin besar. Pemerintah Burma yang merasa terkena imbas pergolakan ini, merespon dengan membatasi hanya 200.000 orang Rohingya yang diperbolehkan kembali ke Burma. Meskipun demikian, karena tidak adanya penjagaan dan dokumentasi pergerakan di perbatasan kedua negara, mobilisasi warga Rohingya ini tidak tercatat sehingga diperkirakan jumlahnya membludak melebihi batas 200.000 yang ditentukan pemerintah Burma.

Dilempar ke sana kemari bak bola ping pong, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari catatan sejarah etnis Rohingya. Angka jumlah penduduk Rohingya di Myanmar pun hingga kini masih simpang siur karena pemerintah Myanmar hingga kini tidak mengakui mereka sebagai warga Myanmar. Lalu bagaimana nasib mereka di sana dalam kesehariannya di Myanmar?

Dari segi pendidikan, warga Rohingya sulit sekali mendapatkan akses. Yang paling sederhana, dari segi bahasa yang digunakan dalam pendidikan agama Islam di Myanmar. Pendidikan Islam di Myanmar diatur dan diharuskan menggunakan bahasa Burma sebagai bahasa pengantar. Padahal hampir keseluruhan buku teks agama Islam berbahasa Urdu, yang lebih mudah dimengerti orang Rohingya dan telah digunakan sebagai bahasa pengantar pendidikan agama Islam selama berabad-abad. Alhasil, pendidikan agama pun sulit mereka dapatkan hingga kini.

Dan seperti yang anda sekalian ketahui, kekacauan dan kekerasan yang melibatkan orang Rohingya, diskriminasi bahkan hingga genosida yang menewaskan puluhan ribu orang Rohingya terjadi secara terus menerus. Sentimen yang ada di benak etnis Burma dan etnis lain di Myanmar terhadap orang Rohingya tampaknya sudah begitu dalam. Warga Rohingya secara terang-terangan di usir dari tanah Myanmar. Inilah yang mendorong warga Rohingya untuk "kabur" menyelamatkan nyawa mereka di negeri yang entah tanah air mereka atau bukan.

Friday, June 26, 2015

"Sekadar" Indah

Ada sebuah pepatah Jawa yang berbunyi seperti berikut ini:
“‘Yen mung rupa sing bisa gawe atimu tresna, banjur kepiye anggonmu tresna marang Gusti sing tanpa rupa.”
 Jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia menjadi:
“Jika hanya tampilan saja yang bisa membuatmu cinta, lalu bagaimana kau akan mungkin cinta pada-Nya yang tak tampak.”

Dan dengan segera aku teringat pada diriku. Ini jadi semacam pengakuan dosa, setiap kali aku keluar dengan beberapa temanku selama beberapa waktu ini, hampir selalu kami menengok kanan dan kiri mencari sekadar ‘pemandangan indah’ wajah-wajah yang menurut kami menarik hati. Terkadang kami cekikikan kegirangan ketika ada yang benar-benar mampu mencuri hati kami meskipun hanya sekilas saja. Sampai-sampai gemas dan seolah ingin benar-benar memiliki. Ya, secara kasat mata kami menilai orang berdasarkan kenampakan fisik mereka.

Meskipun ini nantinya berbeda ketika kami bertemu dengan si empunya fisik yang sesungguhnya dan berhubungan secara langsung. Karena memang kepribadian akan sangat berpengaruh terhadap hubungan dua orang. Tapi benar bahwa hal ini, kebiasaan buruk ini menjadi semacam penyakit bagi kami, yang tak bisa dihilangkan sampai sekarang.

Membaca satu kalimat tadi jadi membuatku berpikir, merenungkan dan memikirkan kembali apa yang selama ini aku lakukan. Fisik bukanlah penentu, bahkan fisik itu bukan apa-apa. Itu hanya sekadar bagaimana manusia terlihat dari luar, bukan apa yang ada di dalam. Kecantikan fisik bisa didapat dengan usaha, namun ia mampu menutupi kebusukan yang ada di dalam. Lagipula kecantikan fisik itu hanya bersifat sesaat, hanya dalam sekejap bisa berubah drastis.

Aku bicara tentang kehidupan cinta seseorang yang cenderung lebih mudah menyukai seseorang berdasarkan tampilan fisik mereka, dan ini berlaku global di mana pun kita berada. Betul kan? Tidak dipungkiri bahwa keindahan fisik akan selalu menarik bagi kita, membuat kita ingin melakukan sesuatu, membuat hati kita mengingat, membuat kita ingin menyentuh. Bahkan lebih jauh, membuat kita ingin ikut merasakan keindahan itu lebih lama, lebih jauh dan lebih intim.

Dan itu wajar. Kita ini manusia, kita diberi perasaan yang tahu mana yang indah dan mana yang biasa saja. Kalau kita tidak punya rasa, maka tak akan ada yang namanya seni. Ciptaan Tuhan itu indah, memiliki seni yang bisa diindra, apapun bentuknya. Manusia pun diciptakan indah, namun ada kalanya ada satu hal yang lebih dari orang pada diri satu orang tertentu, termasuk fisik. Seseorang yang memiliki keindahan fisik dapat dengan mudah dikagumi karena keindahannya mudah dirasakan. Maka wajar bila orang dengan mudah kagum padanya, dan bisa sangat mudah ditebak dan itu hal yang biasa. Seseorang yang diciptakan dengan keindahan yang menuntut orang lain berusaha lebih keras untuk dapat merasakan keindahan itu, bukankah seharusnya itu lebih bermakna daripada sesuatu yang dengan mudah kita rasakan dan ketahui. Keindahan yang tersembunyi dan tidak diumbar itu kan yang sebenarnya keindahan sejati, bukankah begitu? Jika kita dengan mudah mendapatkan keindahan itu, lalu apa bedanya? If it’s easy, it’s not significat, begitu kataku.

Sekarang pikirkan. Seseorang yang memiliki tampang yang begitu menarik, namun ia begitu sombong dan angkuh. Merasa seolah ia adalah yang paling indah dan paling berjaya. Dengan sikap semacam itu, orang mana yang bisa tahan bersama dengannya?

Lain lagi halnya dengan seseorang yang berjuang mati-matian hanya demi terlihat menarik di depan mata orang. Pikirkan seorang pelacur yang bersolek tanpa lelahnya, hanya untuk mendapat pelanggan. Seusai mendapat pelanggan dan mendapat bayaran lalu apa? Seolah tubuh ini bayaran, alat yang bisa digunakan kapanpun orang mau. Apa itu yang namanya manusia?

Lalu kalaupun menarik, untuk apa? Untuk menggaet semakin banyak lawan jenis? (atau bahkan sesama jenis?) Kalau sudah digaet lalu untuk apa? Dinikmati dari luar saja? Membiarkan orang lain memuja kita? Demi apa? Kalau sudah dipuja kita mau apa? Toh itu hanya sekejap mata. Coba kalau orang yang memuja kita itu sudah mendapatkan kita, bosan lalu pergi begitu saja. Lalu dimana harga diri kita?

Penampilan fisik kita, kemungkinan besar hanya untuk beberapa saat dan dinikmati ketika kita masih muda dan berada di usia yang paling ‘segar’, kata orang banyak. Ketika kita menua, toh semuanya akan sama saja. Yang akan bertahan dengan kita itulah yang seharusnya memiliki mental, kepribadian, kecantikan dari dalam diri yang terpancar keluar.

Makanya, fisik itu harusnya hanya satu nilai tambah dari nilai tambah yang lainnya.
Tapi kenapa sekarang banyak orang jadi begitu tergila-gila dengan yang namanya tampilan fisik? Bukankah hal ini tidak kekal, dan hanya sekejap mata? Apa gunanya?????

Bagaimana itu kecantikan dari dalam yang terpancar keluar? Pernah lihat Aung San Suu Kyi? Tatapan matanya begitu tajam dan kuat, setegar dirinya yang ditekan kekuatan pemerintahan militer sebuah negara otoriter. Bukankah itu yang menggerakkan dunia dan lebih hakiki, jauh lebih bermakna daripada kecantikan yang hanya didapatkan dengan sekadar operasi plastik instan yang membuat kita menjadi lebih indah dari luar saja?

Jadi mulai sekarang, indahlah bukan hanya dari luar, namun dari hati yang paling dalam. Dari kemampuanmu untuk berada tetap dalam jalan yang tepat dan benar, kelembutan hatimu untuk melihat dunia dan menjadikan dunia lebih baik dengan kekuatan kelembutan itu sendiri.

Look deeper, much deeper, then you’ll see the real beauty.

Mind Block

Morning, world… another Sunday morning

My head’s still thinking about stuff, my mind is still rolling like a snowball down the cliff.

Things are swinging inside my head like a boomerang, wandering around and squeeze me.

And the worst thing is, I keep thinking about those stuff since last night.

Sometimes I just don’t have the gut to tell everyone about whatever is going on in my mind, and I’m having that trouble right now. Not that I don’t want to let it out, I’m just not ready of the consequences. And that makes me an introvert sometimes.

And some point I would just keep silent and mope like an insecure lady. I do have friends to tell about this, but it’s just that… I’m embarassed by things I’ve done. Gosh, I’m just a normal – well, I’m not -, I’m just another human being with mistakes I’ve made and sometimes I don’t mean to make those mistakes. It’s just that it’s much too hurts to admit that I made mistakes.

Thursday, June 25, 2015

Lawe

This exotic journey started when I step my foot down a single one-handled staircases on the hillside of Ungaran mountain, looking at the endless greenery. I was astonished by the hypnotizing view of a vast tropical mountainous rain forest, a typical of Indonesian biome. As I move my leg down stair by stair, my heart was trembling looking at seemingly endless down the cliff like i was about to fall.

At the end of this concrete staircase, I found myself standing on a side of a one-meter gut. An irrigation canal filled with water as clear as crystal, fresh and clean, flowing down the mountain heading to clove plantations behind this pathway. Our paces ahead are of one side of a canal. A strapping cliff stands and rises high on our right, blanketed of bushes and roots of wood binds. On the left side, a deep tens of meters of dark ravine. On this narrow piece of land, we will walk ahead to something we couldn't see, we couldn't predict.

I stopped for a moment to savor the breath-taking view of this narrow and winding gorge. All I can see is greenery, carpeted like a green woven tapestry over a rugged terrain. This is just a little vial of God's ocean of natural wonder. I thank Him for having a chance to be alive and experience this feeling. That I'm just a tiny creature standing on a side of a huge mountain. My leg was shaking and I was terrified of thoughts that this cliff might just slide and bury me dead undiscovered. If I got through this little journey alive, God must have love me.

I continue, walking along this snaking pathway on the mountain side. Feeling astonished of this amazing scenery. As i walk by, i can hear the sound of water rushing on the cascades. Freshness of mountainous rainforest flick tenderly the back of my neck, and chirping birds are flying joyfully along the way. This ambience just can't stop hypnotizing me. Here, feeling small as ant on the slope of a sand mound, yet bewitched by the fascinating scene.

The further I walk, the narrower and shallower the valley become. At the edge of the valley, Sidomble dam has been waiting just outside the forest. There is a small pond behind this dam, filled with clear water that i can even see its bed. I just can't help not to jump into that transparent water in the pond, but I'll just hold it and be patient so that I can enjoy cooler breeze of falling water and mist under the waterfall. Ahead of this dam, I can see thicker dark forest, like a mouth of a monster ready to swallow me. (contd).... 

I feel like standing at the gate of paradise. There, standing strong in front of me, layers of falling waters from 150 metres above the ground. Like a syphon hanging down, curtain made of water, waving and caressing the stone behind it. This beaut stranded on a horseshoe cliff, letting sunshines to take a peek from narrow space above the waterfall. Looks like angel's pathway walking toward the water. On the stonewall, drops of water falling, creating 

Wednesday, June 24, 2015

Remuk

Adalah ketika aku membentengi tebal jiwaku dengan bongkah demi bongkah luka, dan membiarkan setiap hati yang hendak bersimpati menghajar tembok dingin dan bertolak keluar, menjauhkan aku dari keterlibatan cinta yang dulu pernah membawaku terlena. Ketika memori mengenai koyaknya lembaran hati menegangkan kepalaku, memaksaku abai pada cinta dan memandang tajam ambisi. Ketika gontai langkahku mulai menapak limbung, memalingkanku pada manja semu yang menderu dalam nafsu. Separas halus menatapku tajam, mengayunkan bandul cinta di hadapanku yang memburuku menggerogoti lapis demi lapis pertahanan kalbu. Aku membuka sebongkah dan menengoknya, mengedipkan urat malunya menggodaku. Dan seketika ia bak adik kecil yang menukas riuh, menjetikkan jarinya di kelingkingku. Linang matanya melenakan, menggiringku pada ketidaksadaran bahwa aku tengah menghantam hancur tebal perlindungan jiwaku dari gempur asmaranya, mengizinkannya masuk ke dalam setiap rongga demi rongga. Menelanjangi dadaku! Buainya melelapkanku di atas ranjang mimpi, sampai aku terbangun dan mendapatinya pergi. Terkesiap dalam panik, kesadaranku yang masih separuh ini menggulatku dalam gulana. Aku harus bertarung dengan kebodohanku sendiri.

Wednesday, June 10, 2015

Life is Struggle, Man!

Ugh, I've been so lazy lately. I don't know why, it feels like all dreams I set now looks so difficult to achieve. Not just that, many obstacles I faced even make me feel down. Many things happened to me lately.

Jogja, for 2 weeks. That's where I've been several weeks ago, when i lived with my sister and her family in Maguwo area, Yogyakarta. She asked me to sit her child while she's away in Germany, leading her school team to a choir event in Bremen. While doing so, I'm at her home, just doing mundane activities, and sometimes, literally i got nothing to do. I don't why I lost all thoughts I have when I was still so ambitious about going abroad and studying master's degree.

Prequel, before this jogja-weeks, I was struggling for several scholarships that I dreamt about. I was preparing, going through hardship, collecting documents, and essays and many other preparation I gotta make in order to be considered appropriate for these scholarship. And I am telling you guys, it is not easy, but that doesn't mean that I'm giving it up. No.

And the result? First, Turkey. This May I got rejection letter. Another call came from Japanese Embassy, it said No. These two announcement kinda make me feel down.

At first, I was so confident that I'll be accepted to study in Turkey. It's much easier, not that popular, i thought, yet Turkey is a great place to study. I believe so much, and assure myself that materials that I prepare has already met the requirements. But then, when I got the rejection letter, I started to lose my hope.

I started to hang around, doing nothing, daydreaming. I started to do not important, pointless things. Hanging around with friends, unoriented. Spent my money for nothing, I feel like I wanna refresh my mind but I never could. My life cycle is a mess, I spend my time having naps, for hours. I'm not healthy, I always feel so random, and ridiculously trying to get more attention from people. I do silly things, stupid things I wonder why I even would do that.

But now, I realize that those scholarships I can still get, even when I have to work. Yes I also did look for job, everywhere! Several interviews, but I'm just too dumb to understand that it should be my priority now to have a job, to finance all fees and expenses I gotta make before starting master's degree!

Instead of being much too busy with work, I can still do many things, that are my hobbies. Travel around, write things, teach may be. Or even may be, with that money I made from my job, I'll get to do many thing I never could do when I'm just a mere student with no income.

And the point of this story is that, God has made me a plan. Now I still don't understand what his plan will be for me. But I thank Him for this life, feeling loose and more relax. That I will be okay, no matter what has happened, what's currently going on, and what will happen to my life. As long as You are with me.