Hari itu Semarang masih terik seperti biasanya, matahari menyengat kuat. Aku sedang terduduk di kursi sebuah warung internet di kawasan Sampangan, kota Semarang. Sebagai mahasiswa semester 6, kegiatanku sekarang ini tidak lagi berorganisasi tapi memupuk prestasi yang selagi aku masih seorang mahasiswa bisa aku torehkan. Siapa tahu jadi catatan penting masa depanku nanti.
Pendaftaran untuk aktivitas dan pengalaman tak ternilai itu aku mulai dan dengan segera aku lupakan. Di laman daringnya, kegiatan ini mencantumkan penjelasan mengenai semacam pelatihan kepemimpinan yang memberi kesempatan bagi muda mudi berprestasi untuk berkumpul dan bersaing, juga berbagi inspirasi kepemimpinan. Yang sekiranya paling bermutu, nantinya akan dihadiahi sebuah kemudahan bagi masa depannya: sekolah pasca-sarjana gratis! Aku yang waktu itu sedang menggebu mengejar ilmu, tentu saja tidak bisa tidak bergeming begitu saja melihat formulir pendaftaran yang begitu mudah diisi dan menawarkan kenikmatan pendidikan di masa depan. Aku isi saja, siapa tahu iseng-iseng berhadiah aku lolos. Masih banyak yang lebih hebat, tapi bukan berarti aku tak bisa. Toh aku sudah buktikan mampu dan menang bersaing dengan banyak pihak di luar sana. Jadi kenapa tidak. Dan begitulah, aku daftar dan aku lupakan. Sama sekali.
Aku sudah kembali ke rutinitas dan tugas yang semakin menggunung di masa-masa akhir kuliahku dan pening akibat penelitian skripsi yang semakin dekat ketika aku terheran-heran membaca surel dari Nutrifood yang tepatnya berisi seperti di bawah ini.
Saat itu bahkan aku sudah benar-benar lupa kalau aku pernah mendaftar untuk kegiatan yang satu ini. Agustus tahun 2014, aku sedang pusing dengan persiapan menuju penelitian untuk tugas akhir, persiapan untuk debat awal bulan September, begitu pula dengan Duta Museum yang segera di mulai. Agustus itu pula aku sedang menjalani program pengabdian masyarakat di sekitar kampusku. Aku hanya bisa melongo dan mengiyakan saja mengikuti program ini, toh ini program yang luar biasa menjanjikan, jadi kenapa tidak. Aku pikir, benar-benar sebuah keisengan yang berhadiah ternyata. Alhamdulillah.
Bergegas bersiap-siap, aku membalas surel ini dengan permohonan izin dari institusi penyelenggara terkait ketidakhadiranku di satu kelas, Politik Luar Negeri RI yang waktu itu dijadwalkan setiap hari sabtu. Aku pun menghubungi kakakku, bahwa nanti tanggal 20 September 2014 aku bisa sekadar berkunjung ke rumahnya sekalian untuk menghadiri kegiatan ini. Dokumen-dokumen pelengkap pun sudah aku persiapkan, mengingat ini kegiatan kepemimpinan yang mengadu prestasi, kepemimpinan dan mental pesertanya. Dan itu aku lakukan di tengah semua kegiatan, yang memang sibuk tapi begitu menyenangkan.
Membanggakan rasanya melihat daftar siapa saja yang lolos untuk acara itu. Orang-orang yang masuk dan bisa mengikuti kegiatan ini, adalah orang-orang terpilih yang dipertimbangkan dari segi prestasi, pengabdian masyarakat, dan wujud nyata karyanya bagi dunia. Aku benar-benar minder dan merasa rendah diri sebenarnya, dengan prestasiku yang sejatinya biasa saja. Tapi ada rasa bangga, ketika aku melihat bahwa aku adalah satu dari 40 orang berprestasi terpilih di kawasan Yogyakarta dan Jawa Tengah yang berhasil masuk untuk mengikuti kegiatan ini. Menurut kabar, bahkan ada sampai beberapa ribu orang yang diseleksi. Dalam hati, aku heran apa benar panitia seleksi tidak salah pilih. Hahaha.
Menjelang hari H, aku pun mematangkan persiapan. Aku berangkat bersama sahabatku, Umam, dengan kendaraannya dari Semarang sore hari, karena kami berdua banyak kegiatan di siang harinya. Sempat salah jalan, tapi akhirnya kami tiba di rumah kakakku tepat pukul 19.00 WIB. Tidak banyak malam itu yang kami lakukan, karena toh esok paginya aku dan Umam harus beraktivitas. Umam mau ke perpustakaan UGM, ujarnya, melanjutkan pencarian bahan penelitian untuk tugas akhirnya.
Esok paginya, hari itu tiba juga. Aku sempat bingung ketika harus memarkirkan kendaraan yang aku kendarai menuju lokasi, tapi kemudian dibantu oleh pak satpam. Berjalan di lokasi, nyaman betul kuliah di UGM begini. Apalagi ketika sampai di gedung Pertamina lantai 6 tempat kegiatan ini akan dilaksanakan. Sudah banyak orang mengantri, dan tidak satu pun yang aku kenal. Hahaha tentu saja. Tapi aku tak merasa canggung, sok kenal sok deket dengan siapa pun yang dekat denganku. Aku berkenalan dengan Brian, mahasiswa jurusan Teknik Elektro UKSW Salatiga yang baru-baru ini aku ketahui berangkat ke Jerman, untuk mengikuti lomba robotik internasional! Juga shela, yang nantinya juga aku temui ketika di Duta Museum. Oh ya, Ovi yang model berbakat dan berprestasi. Ada pula Ryan yang dia ini mendirikan organisasi yang bergerak di bidang lingkungan, aku lupa namanya. Dan ketika masuk, duduk di sebelahku seorang mahasiswa tuan rumah, dari Ekonomi UGM yang jujur saja aku lupa siapa namanya. Belum mulai saja sudah menyenangkan begini.
Acara dimulai dengan dipandu si Mas Mas dari Nutrifood dengan perkenalan mengenai produk-produk mereka dan program serupa yang diadakan setiap tahun. Kami disambut oleh seorang desainer produk bernama pak Singgih yang karyanya sudah mendunia. Ia mendesain radio yang bahan pelindungnya terbuat dari kayu dan dengan desain yang ergonomis, proses yang ramah lingkungan dan efisien terhadap penggunaan energi (aku terdengar seperti agen pemasaran, ya?). Ceritanya apa? Inspirasi yang benar-benar menggugah mengenai bagaimana beliau memulai karir uniknya ini. Cibiran orang, kegagalan berulang kali, kesulitan yang dihadapi, tidak menjadi pengikis yang menghabiskan semangatnya untuk berkarya. Dan benar saja, apa yang diperjuangkannya kini menempatkan beliau sebagai salah satu desainer produk terbaik dunia.
Bagian kedua acara ini, kami diperkenalkan satu persatu oleh pembawa acara! Sesuai urutan, kami kemudian berdiskusi mengenai pendapat kami terkait satu permasalahan tertentu. Di sinilah kemampuan kepemimpinan kami diuji. Malu sebetulnya, harus membeberkan prestasiku yang masih kalah jauh dengan mereka ini. Tapi decak kagum tetap saja keluar dari rekan-rekan hebatku itu, yang mereka masing-masing pun punya prestasi yang luar biasa. Memang semua yang ada di ruangan itu hari itu juga benar-benar luar biasa. Dan inspirasi serta motivasi yang datang dari mereka ini, rasanya tidak pernah berhenti mendorongku untuk terus berkarya dan terus berguna.
Di akhir acara, kami masih bertegur sapa dan bertukar kontak. Pertemanan ini bisa berlanjut kemana saja tentunya, dan aku pun orang yang suka berteman. Aku masih punya dan masih berhubungan dengan banyak di antara mereka. Senang rasanya punya teman-teman baru yang luar biasa.
Dari kegiatan ini, aku punya beberapa pelajaran luar biasa. Pertama, yang menjadi kualitas dari diri seseorang adalah apa yang ada di dalam dirinya, kita tidak pernah bisa meremehkan orang lain, siapa pun itu dan dari mana pun ia berasal. Aku ini dari universitas swasta yang bisa jadi belum seberapa populer di antara yang lain. Daftarnya di isi dengan mahasiswa dari universitas negeri maupun swasta berkelas di kawasan ini seperti UGM, Undip, UNS, Unsoed dan banyak lagi lainnya. Aku masih dari Universitas Wahid Hasyim yang umurnya saja waktu itu baru 13 tahun. Tapi, aku berhasil menembus dan mengalahkan banyak mahasiswa dari universitas terkemuka lainnya! Dan terlebih lagi, aku dengan apa yang aku perjuangkan ini sudah berhasil dihargai sebagai mahasiswa yang punya jiwa 'pemimpin'. Betapa membanggakan.
Kedua, orang sukses itu jatuh bangunnya pun luar biasa. Pak Singgih itu misalnya, ia bukan orang berada yang punya harta untuk mendidiknya sampai sarjana. Ia orang desa yang sekadar mencari peruntungan kalau-kalau berhasil masuk di sebuah kampus negeri ternama bernama ITB. Modalnya hanya pensil dan ia bercerita bahwa ia banyak minder dari rekan yang ujian juga bersamanya karena pakaiannya yang nampak biasa saja bahkan kumal. Tapi ia berjuang, dan berjuang lagi menutup telinga ketika masyarakat mencibirnya dengan karyanya. Dan lagi dianggap sebagai pengangguran tak berguna karena tak kunjung bekerja di perusahaan terkemuka, seperti apa yang dipandang pantas oleh banyak orang. Yang membedakan adalah ia memulai dengan niat hebat yang jelas bermanfaat dan konsistensi yang jelas terjaga. Bahwa karyanya akan berguna, bahwa niatnya akan membuahkan hasil, dan dengan keyakinan yang kuat. Bahwa ia datang dengan jiwa memperbaiki kondisi diri dan orang di sekitarnya, tanpa rasa ragu sedikit pun. Maka seperti itulah yang akan didapatkan: hasil yang memuaskan.
Ketiga, kesuksesan itu tidak sepantasnya membuat orang angkat kepala. Orang-orang yang sejatinya benar-benar sukses justru akan memahami bagaimana semua kejadian luar biasa itu bisa terjadi dan akan menunduk malu mengingat perjuangannya. Orang yang sudah berjuang mati-matian akan memahami bagaimana rasanya terantuk batu kegagalan entah berapa puluh, ratus bahkan ribu kali, tapi tetap tidak berhenti berjuang untuk apa yang ia yakini. Orang-orang ini akan lebih bijak melihat dunia, jadi lebih memahami hakikat segala sesuatu. Merunduk malu pula, karena tanpa kehadiran-Nya, semua usaha kerasnya mungkin akan sia-sia belaka.
Dengan niat yang kuat untuk memberikan manfaat, konsistensi yang jelas terjaga dan kebijaksanaan tanpa kesombongan, atas nama Allah aku melangkah menuju masa depanku. Bismillah...
























































