Ngomong di media sosial itu ibarat2 'cuap2' di tengah area pejalan kaki, saat banyak orang lewat (termasuk yang saya lakukan sekarang ini lewat tulisan ini).
Bisa saja ada 'cuapan' yang menarik, yang jadi trending topik.
Ada pula keluhan sehari-hari, cerita inspirasi, lantunan pujangga dan ada pula cacian.
Tapi kadang banyak yang tidak sadar kalau facebook itu ruang publik meskipun rasanya mirip seperti curhat sama buku harian pribadi.
Selentingan miring pun kalau 'gothak gathuk' bisa dipaskan dengan situasi yang kita hadapi, orang yang tidak seharusnya menjadi sasaran justru merasa disinggung.
Tidak pas, kan?
Miskomunikasi di sana sini.
Apalagi ditambah bumbu pemanis gosip biar makin sedap.
Yang tadinya sayur sop malah jadi air got, yang manis jadi kotor.
Belum lagi kalau isu yang tersebar ternyata tidak benar, bubrah kabeh.
Bukan bermaksud naif, bahwa semuanya harus benar dan baik di media sosial, tidak juga.
Toh manusia itu tidak luput dari kesalahan.
Manusiawi saja, kalau bisa menghindari kesalahan, kenapa harus dibuat?
Bijaklah dalam berucap, lidah itu tajam.
Dimanfaatkan bila berguna, lewat ucapan, yang baik datang dari sumber yang baik, Al Qur'an dan As Sunnah.
Yang buruk, lebih baik sarungkan saja pedangnya, nanti malah menggores orang, kita pula yang harus tanggung jawab.
Salah-salah, kita sendiri yang luka.

No comments:
Post a Comment