Saturday, January 31, 2015

Ah Teori!

Ada temen yang bilang, praktek itu gak segampang teori. Ada nilai rasa 'meremehkan teori' dalam kalimat ini, yang saya sangat sayangkan.

Praktek memang tidak bisa sesempurna dan sesederhana teori. Teori cuma menjelaskan fenomena dengan 1 cara, oleh karena itu selalu ada teori baru untuk menjelaskan dengan lebih sempurna.

Itu pula yang terjadi dengan teori-teori sains umum seperti gravitasi, teori tentang atom termasuk relativitasnya Einstein. Teori-teori ini saling menyempurnakan dan menjelaskan fenomena dengan lebih baik. Misalnya, apa kita yakin sekarang kalau atom itu bagian terkecil suatu materi? Atau memang benar bahwa cahaya itu bersifat gelombang sekaligus partikel? Bagaimana kalau ada penjelasan (teori) yang lebih baik dan terbukti benar?

Begitu pula dengan teori dalam ilmu sosial yang menjelaskan suatu peristiwa. Bedanya, dalam ilmu sosial, si pembuat teori ini subyek sekaligus obyek yang masuk ke dalam situasi yang ia teliti sendiri. Si pembuat teori itu tentunya membuat teori berdasarkan nilai, karena dia bukan seorang yang tak bermoral. Ilmu sosial bukan ilmu sains alam yang meneliti obyek dari luarnya saja. Si empunya teori, juga bagian dari apa yang ia teliti dan secara langsung atau tidak, ia mempengaruhi perilaku orang lain dengan teorinya itu. Dan si pembikin teori ini juga punya nilai-nilai yang ia anggap mendasar, yang belum tentu disepakati orang lain. Oleh karena itu, teori dalam ilmu sosial itu memang benar, tapi subyektivitas selalu ada.

Maka dari itu, fenomena sosial itu jauh lebih sulit untuk dijelaskan, karena bukan hanya teori yang dibutuhkan tapi juga siapa saja dan nilai apa saja yang dia gunakan. Itulah gunanya ilmu, menyempurnakan apa apa yang masih diperlukan untuk memahami fenomena. Kalau kita meremehkan teori, bukankah itu berarti kita melemahkan ilmu itu sendiri. Padahal ilmu itu kunci kemajuan.

*ah teori,,. banyakan cingcong

No comments:

Post a Comment