Tuesday, August 4, 2015

Menikmati Baladamu


Halaman yang sama, dengan tampilan yang sama persis seperti yang waktu itu pertama kali aku telusuri ketika ia menunjukkan sebuah akun media sosial yang menuntunku menuju laman daring yang satu ini. Warna latarnya merah muda menyala dengan semburat jingga dan kuning, menyiratkan coretan yang hendak ia torehkan di sebuah lembaran kehidupan yang sedang ia warnai. Membawaku pada ingatan yang sama dua bulan lalu, pada saat aku baru saja mengenalnya.

Di halaman yang sama pula, terkagum benar aku akan kata demi kata yang tertuang dari pikirannya. Sajak yang bertemu lagi dengan sajak, memerintah tak sadar jariku untuk terus menekan tombol ke bawah di papan ketik komputerku, meneruskan petualangan sastra dalam buai kata-katanya. Di bagian halaman dan atmosfer ini pula aku jatuh cinta pada indah kata sekaligus si otak penuh kharisma yang menelurkan lantunan balada warna dunia.

Ia yang masih muda mengajariku mengenai menjadi dewasa. Bertanggung jawab kembali pada ambisi dan kehidupanku yang sudah beberapa waktu bergelantungan di atap pengabaian, karena si empunya sibuk berkutat dengan kekonyolan semata. Menengok kembali cinta-cinta sejati yang sudah lama kupandang usang karena tidak mampu berwujud nyata di hadapan mata, tapi teraih jauh di ufuk sana. Membuka kembali mataku pada serakan mimpi yang tercecer, untuk kembali mengangkat dan menyatukannya lebih erat.

Ia yang datang ketika lemah jiwaku merundungku pada nafsu fana. Ia yang kalbunya mewarnai kanvas cinta, dan menghitamkannya dengan luka. Hanya aku saja yang dengan otak sependek galah, berkernyit kesal karena sedikit perih. Dan ketika aku memundurkan langkah, melebarkan cakrawala, aku melihat kanvas yang lebih indah dari yang pernah aku kuaskan. Aku yang lebih dewasa, aku yang membuka mata, aku yang kembali bergerak.

Terima kasih, balada warna dunia.

No comments:

Post a Comment